
JAKARTA - Harga batu bara kembali mencatat penguatan signifikan di pasar global.
Harga batu bara kembali mencatat penguatan signifikan di pasar global. Pada perdagangan Selasa, 16 September 2025, harga ditutup di level US$105,5 per ton, naik 3,12% menurut data Refinitiv, melanjutkan tren positif dua hari beruntun dengan kenaikan total 4,77%. Lonjakan ini menunjukkan sensitivitas pasar terhadap kebijakan terbaru di dua negara konsumen utama, China dan India.
Penguatan harga tak lepas dari tindakan tegas Pemerintah China terhadap tambang-tambang yang melampaui kapasitas.
Baca Juga
Di wilayah Mongolia Dalam, 15 tambang besar diperintahkan menghentikan operasi setelah ditemukan kelebihan produksi, terutama di Ordos, yang melampaui lebih dari 10% dari kapasitas resmi. Langkah ini dipandang penting untuk menekan kelebihan kapasitas sekaligus meningkatkan standar keselamatan setelah beberapa kecelakaan tambang serius terjadi.
Langkah pengawasan tersebut dilakukan oleh regulator lokal, dengan total kapasitas tahunan tambang terdampak mencapai 34,6 juta ton metrik. Semua tambang harus menjalani inspeksi ketat sebelum diizinkan kembali beroperasi.
Dokumen resmi Biro Energi Daerah menyebut tindakan ini sebagai intervensi regulasi paling luas dalam beberapa tahun terakhir, menandai penegakan disiplin industri batu bara China.
Mongolia Dalam menyumbang sekitar sepertiga dari produksi batu bara nasional China. Oleh karena itu, penghentian operasi ini memiliki dampak signifikan terhadap pasokan domestik dan harga batu bara global. Wilayah Ordos sendiri dikenal sebagai pusat tambang berkualitas tinggi, penting untuk kebutuhan batu bara termal maupun kokas di negara tersebut.
Analis industri menyoroti bahwa gangguan sementara di wilayah ini bisa berdampak besar pada keamanan energi nasional. Bahkan efeknya dirasakan pada perdagangan berjangka di Dalian, di mana kontrak batu bara kokas tercatat naik 5,84% (CNY68,5 atau US$9,63 per ton) pada 16 September, mencerminkan reaksi pasar terhadap pembatasan produksi di lapangan.
Kebijakan ini sejalan dengan arahan Presiden Xi Jinping untuk menertibkan kapasitas produksi usang dan mengendalikan persaingan harga yang tidak teratur. Kombinasi antara kebijakan tingkat tinggi dan penegakan di lapangan menunjukkan tekad China dalam merestrukturisasi sektor batu bara serta menjaga stabilitas energi nasional.
Penguatan harga batu bara juga dipengaruhi oleh langkah India menambah kapasitas pembangkit listrik berbasis batu bara. Negara ini berencana membangun 97 GW kapasitas baru hingga 2035 untuk menjamin keandalan pasokan listrik, meskipun penetrasi energi terbarukan meningkat. Pembangkit ini diproyeksikan beroperasi hingga 2050, sebagai cadangan listrik andal seiring target India mencapai 500 GW energi terbarukan pada 2030 dan net zero pada 2070.
Saat ini, kapasitas terpasang non-fosil India sudah mencapai 252 GW, tetapi kebutuhan cadangan tetap mengandalkan batu bara. Hal ini mendorong permintaan batu bara dalam jangka panjang, menambah sentimen positif bagi harga di pasar global. Kombinasi pengurangan pasokan di China dan ekspansi kapasitas di India menciptakan tekanan naik yang signifikan terhadap harga batu bara.
Di sisi produksi China, tambang yang melampaui kapasitas selama paruh pertama 2025 menjadi fokus utama pengawasan. Dengan total kapasitas terdampak yang cukup besar, pasar batu bara bereaksi cepat terhadap intervensi regulasi, memperlihatkan ketergantungan global pada dinamika produksi dan kebijakan di dua negara konsumen utama.
Penguatan harga juga dipicu oleh kekhawatiran keamanan energi. Mengingat tambang Ordos merupakan penyumbang batu bara berkualitas tinggi, gangguan pasokan dapat memengaruhi industri hilir seperti produksi baja, yang sangat bergantung pada batu bara kokas. Efek domino ini membuat investor dan pelaku industri tetap memantau pergerakan harga dengan cermat.
Di India, pembangunan pembangkit baru tidak hanya untuk mendukung energi berbasis batu bara, tetapi juga sebagai cadangan saat energi terbarukan mengalami fluktuasi. Strategi ini memastikan pasokan listrik 24 jam tetap stabil, sekaligus menjaga keseimbangan antara transisi energi dan kebutuhan energi konvensional.
Dampak global dari dinamika ini tidak dapat diabaikan. Penguatan harga batu bara akibat pembatasan produksi di China dan ekspansi kapasitas di India menunjukkan bagaimana keputusan kebijakan lokal dapat memengaruhi perdagangan komoditas internasional secara signifikan.
Dengan kondisi saat ini, analis memperkirakan harga batu bara akan tetap volatil dalam beberapa minggu mendatang, bergantung pada perkembangan penegakan regulasi di China dan kemajuan pembangunan pembangkit di India. Investor dan industri hilir pun harus menyesuaikan strategi untuk menghadapi potensi fluktuasi harga yang tinggi.
Tren kenaikan harga ini sekaligus menjadi pengingat bahwa sektor batu bara masih memegang peranan penting dalam rantai energi global. Regulasi, kapasitas produksi, dan strategi energi nasional menjadi faktor kunci yang akan terus memengaruhi harga dan ketersediaan batu bara dalam jangka pendek maupun panjang.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
MRT Jakarta Promo Rp1,Cek Syarat dan Jadwal 17-19 September
- 17 September 2025
2.
Nikmati Diskon Tiket Kereta Bandara Soetta 15–30 September 2025
- 17 September 2025
3.
4.
Resep Tekwan Putih Telur Hangat Cocok Musim Hujan
- 17 September 2025
5.
Warung Mekar Jaya Malang Sajikan Nasi Genjes Lezat Wajib Dicoba
- 17 September 2025